Berawaldari keinginan mengamalkan ilmu pengetahuan agama yang didapatkannya dari kota Makkah al-Mukarromah, KH. Ahmad Djazuli Usman merintis berdirinya sebuah pondok pesantren. Umum 234 Syubhat Wahabi 34 Wahabi 'Rasa Aswaja' 850 Manajemen Qalbu 224 Doa dan Dzikir 124 Ilmu Hikmah 158 Kajian 19 Khutbah 66
PondokPesantren Al Quran Nurul Hikmah Al Asymuniyyah Al Wathoniyyah merupakan salah satu pondok pesantren yang ada di Kota Jakarta Timur. Adapun belajar mengajar di ponpes ini menggunakan kurikulum yang berlaku di tambah dengan ilmu agama.
Karenahasil yang begitu menakjubkan, Pakar Ilmu Hikmah sengaja mendesain sebuah situs khusus yang akan membahas mengenai Do'a Hikmah. Dan kini hadirlah di hadapan Anda sekalian situs DoaHikmah.Com. Bahkan semasa masih menempa Ilmu di pondok pesantren, Mbak Hidayah sering diundang dalam acara-acara kampus untuk menjadi seorang motivator
Fast Money. ArticlePDF AvailableAbstractIslamic education in Indonesia, the majority is rooted in the education model of an Islamic boarding school. In the world of pesantren, the position of the yellow book is very strategic because the yellow book is the book references and the curriculum in the education system. Nahwu and Shorrof are the initial keys to mastering the yellow book, but the problem is, many students, especially early childhood students and beginners, they find it difficult to learn Nahwu and Shorof, while the two fans are the key to being able to read the yellow book. with 3 three data collection techniques, namely; observation, interview and documentation. The analysis technique in this research is to use qualitative data analysis consisting of 1 data reduction; 2 data presentation, and 3 conclusions, where the process took place circularly during the study. The results showed that the preparation of the method was based on the unrest that occurred in the Sidogiri Islamic Boarding School and the Al-Miftah Lil Ulum method in the Sidogiri Islamic Boarding School well organized, both internally and externally. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. p-ISSN 1979-2050/e-ISSN 2685-4155 Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 263 Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Maulana Restu,1 Siti Wahyuni2 1Pascasarjana Institut Agama Islam Tribakti Kediri, 2Institut Agama Islam Tribakti Kediri 1sitimuarrifah1234 2yunilirboyo Abstract Islamic education in Indonesia, the majority is rooted in the education model of an Islamic boarding school. In the world of pesantren, the position of the yellow book is very strategic because the yellow book is the book references and the curriculum in the education system. Nahwu and Shorrof are the initial keys to mastering the yellow book, but the problem is, many students, especially early childhood students and beginners, they find it difficult to learn Nahwu and Shorof, while the two fans are the key to being able to read the yellow book. with 3 three data collection techniques, namely; observation, interview and documentation. The analysis technique in this research is to use qualitative data analysis consisting of 1 data reduction; 2 data presentation, and 3 conclusions, where the process took place circularly during the study. The results showed that the preparation of the method was based on the unrest that occurred in the Sidogiri Islamic Boarding School and the Al-Miftah Lil Ulum method in the Sidogiri Islamic Boarding School well organized, both internally and externally. Keywords Enrichment of Learning, Human Reproduction, Islamic Views Abstrak Pendidikan Islam di Indonesia, mayoritas berakar dari pendidikan model pondok pesantren. Dalam dunia pesantren, posisi kitab kuning sangat strategis karena kitab kuning dijadikaan the book references, dan kurikulum dalam sistem pendidikannya. Nahwu dan shorrof merupakan kunci awal untuk menguasai kitab kuning, namun permasalahannya, banyak santri, utamanya santri usia dini dan pemula, mereka merasa kesulitan untuk mempelajari Nahwu dan Shorof, sedangkan kedua fan tersebut merupakan kunci untuk bisa membaca kitab kuning. dengan 3 tiga teknik pengumpulan data, yaitu; observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun teknik analisis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis data kualitatif yang terdiri dari 1 reduksi data; 2 penyajian data; dan 3 kesimpulan, dimana prosesnya berlangsung secara sirkuler selama penelitian berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa penyusunan metode dilatarbelakangi keresahan-keresahan yang terjadi di Pesantren Sidogiri dan metode Al-Miftah Lil Ulum di Pesantren Sidogiri di organisir dengan baik, baik di secara internal maupun eksternal. Kata Kunci Pengayaan Pembelajaran, Reproduksi Manusia, Pandangan Islam Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 264 Pendahuluan Pendidikan Islam di Indonesia, mayoritas berakar dari pendidikan model pondok pesantren, baik yang sudah di desain dengan bentuk pendidikan formal, maupun yang masih berbentuk non formal. Alasan pokok munculnya pesantren ini adalah untuk mentrans-misikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai kitab kuning. Adapun pengertian umum yang beredar dikalangan pemerhati pesantren, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasaa Arab atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra-modern, sebelum abad ke-17-an M. ada juga yang mengartikan kitab kuning juga kerap disebut kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat atau syakl, seperti fathah, kasrah, dhammah dan sukun. Juga, karena tidak ada torehan arti makna di bawah setiap lafalnya. Pesantren dan kitab kuning merupakan dua sisi yang tidak terpisahakan dalam keping pendidikan M. Ahsanul Husna, “Metode Diskusi Dalam Pemebelajaran Kitab Kuning Klasik Dalam Peningkatan Keterampilan Membaca”, Universitas Wahid Hasyim, 2 2019,h 115. Martin van bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Yogyakarta Gading publishing, 2015, h. 85. H. Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren Bekasi; Pustaka Isfahan, 2010, h. 32. agama Islam di Indonesia. Sejak sejarah awal berdirinya, pesantren tidak dapat dipisahkan dari literatur kitab buah pemikiran dan karya tulis para ulama klasik yang tidak ragu lagi kreadibilitasnya. Komponen di dalam-nya adalah seorang kyai yang kharismatik dan ditaati menjadi tokoh sentral, ratusan hingga ribuan santri yang mengaji, sang kyai membaca kitab kuning sambil menanamkan jati diri dan membuka kesadaran para santri akan pentingnya keimanan, kemanusian dan kemandirian melalui kitab kuning. Jumlah penulisan kitab dalam bahasa Arab inilah yang menjadi ciri penting, dan sekarang terdapat di pasaran lebih dari 500 judul karya ulama tradisional indonesia, yang isinya beraneka ragam, dari terjemahan karya sederhana sampai syarah dan hasyiyah canggih terhadap teks dunia pesantren, posisi kitab kuning sangat strategis karena kitab kuning dijadikaan thex book references dan kurikulum dalam sistem pendidikan pesantren. Selain sebagai pedoman bagi tata cara keberagamaan, kitab kuning juga difusingkan oleh kalangan pesantren Syarif, “Tradisi Dan Kontektualisasi Kitab Kuning di Pesantren Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya”, Balaia Penelitian Agamaa Jakartaa 2014, h. 3. M. Masyhuri Mochtar, Dinamika Kajian Kitab Kuning di Pesantren Pasuruan Pustaka Sidogiri, 1436 H, h. 15. Van Bruinessen, h. 88. Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 sebagai referensi universal dalam menyikapi segala tantangan dan Shorrof merupakan kunci awal untuk menguasai kitab kuning, bahkan ada yang mengatakan bahwa Nahwu adalah ibunya dan Shorrof adalah bapaknya. di dalam kurikulum pondok pesantren, tingkatan belajar Nahwu dimulai dari kitab Al-Ajurumiyyah, Kemudian nadhom Al-Imrithiy, dan tingkat yang tertinggi Al-Fiyyah Ibni Malik. Hal ini menuntut waktu yang relatif lama, sedangkan saat ini, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, perjalanan waktu terasa sangat singkat, dan harus diimbangi dengan percepatan dibidang pendidikan dalam bentuk formulasi baru, berupa metode atau sistem pengajaran yang mampu memperpendek masa belajar ilmu Nahwu dan Shorrof yang menjadi kunci belajar kitab kuning. Disamping itu, banyak santri, utamanya santri usia dini dan pemula, mereka merasa kesulitan untuk mempelajari Nahwu dan Shorrof, sehingga menyebabkan para santri usia dini dan santri pemula tidak aktif mengikuti pelajaran dan cenderung malas-malasan, karena sulit memahami pelajaran Nahwu dan Shorrof tersebut, sedangkan kedua fan tersebut merupakan kunci untuk bisa membaca kitab kuning. Fenomena diatas menuntut para pengelola pendidikan atau pengurus pesantren untuk mencari formulasi baru Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011, h. 185. yang cocok dengan santri usia dini dan para pemula agar cepat bisa membaca kitab kuning. Salah satu solusi yang ditempuh oleh mayoritas pengelola kyai pondok pesantren adalah dengan mengadopsi metode khusus percepatan membaca kitab kuning bagi santri usia dini dan para pemula. Adapun metode yang digunakan antara lain adalah metode al-Miftah lil-Ulum, Amtsilati, Tamyiz dan Nubdzatul Bayan. Akan tetapi penulis memfokuskan kepada metode al-Miftah lil-Ulum. Selain itu, berdasarkan fakta yang penulis alami mulai sejak menempuh sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, penulis tidak pernah menemukan metode praktis dalam mempermudah membaca kitab kuning ini, sekalipun di pesantren penulis sekarang ponpes Lirboyo Kediri. Dengan latar belakang tersebut, penulis ingin menggali lebih dalam lagi mengenai membaca kitab kuning dalam dinamika santri di lingkungan Pesantren dengan metode al-Miftah lil-Ulum yang dituangkan dalam judul tesis “Implementasi metode al-Miftah lil Ulum dalam membaca Fathul Qorib kitab kuning bagi pemula di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan”. Dan karena metode al-Miftah lil Ulum ini dirintis di Pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan, maka penulis memilih lokasi penelitian di tempat Syaifuddin Masykuri, Kajian dan Analisis Alfiyyah Kediri Santri Salaf Press, 2016, h. 1. Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi KeIslaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 tersebut agar bisa langsung ber-tabarruk kepada para penerus dan kepada lembaga pencipta metode al-Miftah lil-Ulum dan memperoleh data yang valid dari sumbernya. Metode Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan metodo-logi kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan jenis penelitiannya adalah menggunakan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam terhadap suatu individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat tertentu, tentang latar belakang, keadaan sekarang, atau interaksi yang karena dalam penelitian ini menyangkut tentang metode Al-Miftah Lil Ulum dalam membaca kitab kuning bagi pemula, yang dirancang dengan menggunakan studi kasus, maka peneliti berusaha melihat secara mendalam permasalahan tersebut di Pondok pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan. Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2012, h. 4. Gempur Santoso, Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Jakarta Prestasi Pustaka, 2005, hal. 30. Hasil dan Pembahasan Prencanaan Penyusunan Metode Al-Miftah Lil Ulum Faktor utama yang melatar belakangi lahirnya metode Al-Miftah Lil Ulum adalah hasil belajar baca kitab santri di pondok Sidogiri yang begitu menurun, serta target-target pendidikan membaca kitab yang tidak belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitiff, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai peserta didik sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan intruksional yang direncanakan guru sebagai perancang belajar mengajar. Tujuan intruksional pada umumnya dikelom-pokkan ke dalam kategori domain kognitif, afektif dan hadirnya Al-Miftah sebagai metode pembelajaran di Sidogiri maka Sidogiri lebih dikenal dengan metode pembelajarannya. Metode pembelaja-ran sendiri dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat untuk Muhairil Yusuf, wawancara, Tim Marketing Tim Al-Miftah Luar PPS Sidogiri Pasuruan, 09 Juli 2019 Kunndar, Penilaian Autentik, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013, h. 62 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung Remaja Rosada Karya, 2009, h. 34 Muhairil Yusuf, wawancara, Tim Marketing …………09 Juli 2019 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 menciptakan proses pembelajaran yang pengamat dan pengelola pendidikan pondok Sidogiri yakni Badan Tarbiyah wa Ta'lim Madrosy BATARTAMA merumuskan langkah-langkah dengan menyusunnya secara sistematis agar hasil dan tujuan dari metode yang dirumuskan dapat dicapai sesuai target. Sedangkan langkah-langkah penyusunan metode Al-Miftah Lil Ulum akan dijelaskan sebagai berikut 1 Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang harus dirumus-kan oleh guru dalam pembelajaran, karena merupakan sasaran dari proses pembelajaran. Mau di bawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran merupakan komponen pertama dan tujuan di susunnya metode Al-Miftah Lil Ulum ini yaitu anak sudah bisa baca kitabnya sendiri ketika belajar di tingkat ibtidaiyah, ketika masa belajar di tingkat Tsanawiyah sudah bisa baca kitab lain yang tidak dipelajari tanpa ada maknanya, dan ketika belajar aliyah tentunya sudah pengembangan kalau perlu sudah bisa ngarang kitab. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2010, h. 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta Kencana, 2008, h. 59 2 Menentukan Materi Pelajaran Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan knowledge,ketrampilan skill, dan sikap attitude. Pengetahuan menunjuk pada informasiyang disimpan dalam pikiran mind murid, ketrampilan menunjuk pada padatindakan-tindakan fisik dan non fisik, sikap menunjuk pada kecende-runganseseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakinikebenaranya oleh murid.Dalam pembelajaran konvesional, sering guru menentukan buku teks sebagaisatu-satunya sumber materi pelajaran. Bahkan, pembelajaran yang berorientasikepada kurikulum subjek akademis, buku teks yang telah disusun oleh parapengembang kurikulum merupakan sumber yang digunakan untuk pembelajaran kitab kuning di pesantren Sidogiri bersumber dari kitab Jurmiyah dan ditambah dengan nazham Imrithi dan Al-fiyah, kemudian dikumpulkan menjadi empat jilid, dan di setiap jilid terdapat target-target yang harus dicapai sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini1 Jilid pertama Dalam jilid pertama santri-santri ditargetkan paham tentang kalimat isim Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta KencanaPrenada Media Group, 2012, h.,141-142. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,…. h.,146 Muhairil Yusuf, wawancara, Tim Marketing ……. 09 Juli 2019 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi KeIslaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 fi’il dan huruf sedangkan indikatornya adalah santri bisa membedakan kalimat isim, fi’il dan huruf. Dan bisa membedakan Isim Mabni dan Mu’rob. 2 Jilid kedua. Dalam jilid dua santri-santri ditargetkan paham terhadap isim nakirah dan ma’rifat beserta pembagiannya, sedangkan indikatornya adalah santri-santri mampu menentukan isim nakirah dan ma’rifat muzhakkar dan muannas jamid dan mustaq. 3 Jilid ketiga Dalam jilid ketiga target pencapaiannya adalah santri-santri paham tentang fi’il yang babni, mu’rab mujarrad, mazid lazim mutaaddi ma’lum majhul dan shohih mu’tal sedangkan indikatornya adalah santri-santri mampu membedakan antara mabni dan murab mujarrad dan mazid lazim dan mutaaddi ma’lum dan majhul dan shohih dan mu’tal. 3 Jilid keempat Pada Jilid Keempat santri-santri ditargetkan harus paham tentang isimisim yang harus dibaca rofa’ isim-isim yang dibaca nashob dan isim-isim yang dibaca jer. Sedangkan indikatornya adalah santri-santri mampu menentukan mana isim yang harus dibaca rofa’, nashob dan jer. 4 Menentukan Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 1995, h. 3. belajar mengajar. Sedangkan Nana Sudjana mengemukakan, metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam praktik pembelaja-ran, terdapat beragam jenis dan metodepembelajaran dan penerapannya. Peneliti mencatat, setidaknya terdapat sebelasmetodepembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.Kesebelas metode tersebut adalah sebagai berikut a Metode Proyek, yaitu metode yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudiandibahas dari berbagai segi yang berhuungan sehingga pemecahannya secarakomprehensif dan bermakna. b Metode eksperimen, yaitu metode yang mengedepankan aktivitas percobaan,sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. c Metode tugas/resitasi, yaitu guru memberikan tugas tertentu agar siswamelakukan kegiatan belajar. d Metode diskusi, yaitu siswa dihadapkan pada suatu masalah yang Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung Sinar Baru Algensindo, 2009, h. 76. Fattah Syukur, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Semarang AKFI Media,2009, h. 40 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 biasa berupapernyataan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dandipecahkan secara bersama. e Metode sosiodrama, yaitu siswa mendramatisasikan tingkah laku dalamhubungannya dengan masalah. Dari beberapa penjelasan tentang jenis-jenis metode pembelajaran di atas,maka dapat dikemukakan bahwa betapa banyak metode pembelajaran yang biasdigunakan oleh seorang guru atau tenaga pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam penerapanya diperlukan kreativitas danvariasi untuk menggunakan metode-metode pembelajaran tersebut.Metode yang akan disusun dan digunakan pesantren Sidogiri dalam pembelajaran kitab kuning tidak hanya menggunakan metode klasik seperti Sorogan dan bandongan namun juga menggunakan metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dengan demikian di akhir proses pembelajaran santri-santri dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. 5 Mengadakan Placement Test Tes ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa sehingga nantinya pengurus bisa menentukan pada jilid berapa dia harus belajar. Sedangkan prosedur tesnya adalah pertama santri datang ke pondok dan mendaftarkan diri Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor GhaliaIndonesia, 2010, hlm 80-81. dengan mengisi formulir pendaftaran tujuannya adalah untuk mengetahui biodata santri, kemudian setelah itu santri datang ke madrasah i’dadiyah menunjukkan formulir pendaftaran sebagai tanda mereka sudah daftar mondok di pondok pesantren Sidogiri kemudian menunggu waktu kapan harus tes Menentukan Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media pengajaran meliputi perangkat keras hardware dan perangkat lunak software. Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan Software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain pengamatan peneliti ketika mengikuti proses pembelajaran di pondok pesantren Sidogiri media yang digunakan dalam proses pembelajaran diantaranya; buku ajar, papan tulis, spidol, alas duduk dan benner-benner yang memuat contoh-contoh kalimat. Namun, walaupun hanya dengan media Observasi pada tanggal Juli 2019 di depan Gedung Sekretariat PP Sidogiri Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desai Sistem….hlm.,204-105 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi KeIslaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 yang seperti itu, tercifta suasana belajar yang menarik dan kualitas membaca kitab kuning tiap tahun terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pelaksanaan pembelajaran metode Al-Miftah Lil Ulum Prosedur pembelajaran kitab kuning dengan metode Al-Miftah Lil Ulum terbagi menjadi tiga bagian yaitu; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam satu kegiatan pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan dengan kegiatan yang lainnya. 1. Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegia-tan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfo-kuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan kegiatan yang dilakukan guru dan murid pada kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan materi Al-Miftah Lil Ulum di pondok pesantren Sidogiri adalah sebagai berikut1 Membaca nazhaman 2 Berdo’a 3 Guru atau ustad mengecek kehadiran peserta didik 4 Guru atau ustad menyuruh peserta didik mengisi tempat yang kosong di depan. Ustadz Syah Jalal, wawancara, Wakil II Madrasah di PP Sidogiri Pasuruan, 09 Juli 2019. 5 Kemudian guru menjelaskan secara singkat materi yang sudah dipelajari sebelumnya kemudian dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari sekarang. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kemam-puan yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran kitab kuning guru di tuntut untuk melakukan beberapa kegiatan. Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Sidogiri akan dijelaskan sebagai berikut 1. Menjelaskan Materi Pelajaran 2. Memberi Kesempatan Peserta didik Untuk Membuat Kelompok Belajar. 3. Kegiatan Penutup Tahap penutup pembelajaran kitab kuning di pesantren Sidogiri adalah sebagai berikut 1 Guru menyimpulkan materi 2 Guru motivasi peserta didik untuk selalu menyempatkan diri membaca kitab kuning walau hanya lima baris 3 Membaca doa bersama. Evaluasi pembelajaran metode Al-Miftah Lil Ulum Menurut Grounlund, pengertian evaluasi adalah “evaluation is a sistem aticprocess of determining the extent to wich instructional objectives are achieved by pupil”. Di sisi lain, sedangkan Observasi pada tanggal 14 Mei 2019 di kelas Jilid dengan Ustadz Syamsuddin sebagai gurunya. Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 Nurkancana menyatakan bahwa evaluasi dilakukanberkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu. Sementara,Raka Joni mengartikan evaluasi sebagai suatu proses mempertimbangkan sesuatubarang atau gejala dengan pertimbangan pada patokan-patokan demikian, antara evaluasi, assessment danmeasurement memiliki keterkaitan yang tidak dapat samping itu, tes tertulis juga dapat digunakan untuk menganalisis danmenyintesiskan informasi tentang siswa.Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat non tes. Alat ini digunakan untukmengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Ketepatanalat non tes perlu diperhatikan oleh para guru, karena sering kali dalampenggunaannya memerlukan pertimba-ngan subjektivitas yang dapatmenghasil-kan penilaian yang mungkin bervariasi di antara dua orang guru. Alatnon tes kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidakmenggunakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik Metode Al-Miftah Lil Ulum Berdasarkan observasi dan wawancara penulis, diantara implikasi-implikasi metode Al-Miftah Lil Ulum adalah sebagai berikut Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor GhaliaIndonesia, 2010, h 142. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem… h.,242 1 Suasana belajar yang dinamis Semangat dari santri-santri itu muncul baik ketika pembelajaran berlangsung maupun ketika di luar jam pelajaran, karena walaupun di luar pelajaran mereka terus belajar dengan mengahafalkan nyanyian-nyanyiannya, dan terlihat senang dan menikmati proses belajar seperti itu. Metode apapun yang akan digunakan hendaknya dapat membawa suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik dalam keterlibatan aktif belajar maupun menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan proses pembelajaran yang sedang Lembaga yang mulai redup menjadi lebih dinamis Ruh visi misi Al-Miftah sendiri yaitu mengembalikan gairah membaca kitab, menghidupkan kembali mushola-mushola yang sempat redup, yang dulu biasanya sore hari dan setelah subuh ada pengajian, kita ingin kembalikan hidup, pondok pesantren salaf yang mulai tidak percaya diri dengan kesalafannya, kiranya mulai gairah kembali. Banyak fakta mengenai lembaga-lembaga yang bergairah kembali setelah mengadopsi metode Al-Miftah. Tentu implikasi ini dirasakan olehlembaga-lembaga yang sebelumnya mengalami Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional Jakarta Bumi Askara, 2008, 11. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta PT. Rineka Cipta, 2002, h. 85-93. Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi KeIslaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 kemunduran di bidang pendidikan membaca kitabkuning. 3 Menjadi daya pikat peserta didik Al-Miftah Lil Ulum ini benar-benar menjadi nilai jual bagi Sidogiri. Hal ini dibuktikan dengan melonjaknya jumlah santri dari berbagai daerah yang mana mereka tidak kenal dengan Sidogiri, akan tetapi kenal dengan metodenya Al-Miftah Lil Ulum. Sebelum hadirnya Al-Miftah Lil Ulum, di Sigogiri santri baru itu paling memuncak 1000 santri. Akan tetapi dengan hadirnya Al-Miftah Lil Ulum kini di tahun 2019 santri baru mencapai 2000 santri. Dan mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan sekitar 39 orang dari luar negri. 4 Tumbuhnya gairah membaca kitab Fakta yang terjadi di Sidogiri, sebelum hadir Al-Miftah Lil Ulum, di luar kegiatan belajar di kelas, sering dijumpai para santri yang berkumpul ngobrol-ngobrol jagongan-jawa. Akan tetapi dengan hadirnya ini, suasana mulai berubah menjadi suasana yang gemar membaca kitab. Sering dijumpai para santri yang diskusi membentuk kelompok kecil yang topik pembahasannya masalah-masalah baca kitab dan topik pemahaman redaksi kitab-kitab. 5 Belajar Nahwu yang tingkatannya lebih tinggi menjadi mudah Belajar baca kitab dengan Al-Miftah Lil Ulum merupakan perantara memahami Nahwu Sorf yang tingkatannya lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan di metode Al Miftah tidak membuat istilah baru, sehingga ketika peserta didik masuk kepada kitab-kitab selanjutnya yang lebih tinggi mereka langsung familiar, terkadang ada metode yang membuat istilah baru, sehingga ketika peserta didik masuk ke tingkatyang lebih tinggi harus adaptasi lagi. 6 Belajar fan cabang ilmu selain nahwu menjadi lebih mudah Dalam memahami cabang-cabang Ilmu Fiqh, Hadits, Mantiq, Balaghoh dan lain-lain, Al-Miftah Lil Ulum yang berorientasi di Nahwu dan Sorf ini sangat membantu dalam membaca kitab-kitab cabang-cabang ilmu tersebut agar sesuai dengan kaidah-kaidah yang tepat, sehingga dengan membaca yang tapat ini dapat memunculkan konklusi yang tapat pula. 7 Prestasi baca kitab meningkat Berdasarkan wawancara penulis, koordinator Al-Miftah Lil Ulum yakni ustad Qusyairi Isma’il merima laporan dari pengguna metode Al-Miftah Lil Ulum di luar Jawa Sulawesi, Aceh, Kalimantan, Batam bahwa prestasi di bidang baca kitab telah mereka raih dalam berbagai ivent. Selain itu, pada ivent baca kitab yang diselenggarakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa PKB tingkat nasional juga santri Sidogiri alumni Al-Miftah Lil Ulum juga mendapatkan juara. Tak kalah menariknya, beberapa tahun yang lalu ada lomba tingkat Aliyah se-Jawa Timur yang diselenggarakan di Jombang, delegasi dari Sidogiri adalah santri i’dadiyah yang masih belajar Al- Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 Miftah Lil Ulum, dan mampu bersaing sehingga mendapat juara 3. 8 Memberi energi rasa percaya diri Rasa percaya diri ini muncul karena mereka merasa sudah pernah belajar, merasa bisa dan ingin mengajarkannya kepada orang lain, sementara masyarakat kebanyakan haus akan metode seperti itu seningga rasa percaya diri muncul. Hal ini dibuktikan oleh para santri Sidogiri di bulan Ramadhan, banyak diantara mereka yang meminta izin untuk mengajarkan Al-Miftah Lil Ulum di daerahnya masing-masing. Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis data, penulis dapat memberikan kesimpulansebagai berikut 1. Perencanaan penyusunan metode dilatarbelakangi keresahan-keresahan yang terjadi di Pesantren Sidogiri diantaranya hasil evaluasi baca kitab yang tidak mencapai target dan Pesantren Sidogiri yang notabenenya lembaga pendidikan tapi lebih dikenal ekonominya dari pada pendidikannya. Dalam penyusunan-nya, langkah-langkah yang dilakukan meliputi menentukan tujuan, materi, metode, placement test, alokasi waktu dan media pembelajaran. 2. Metode Al-Miftah Lil Ulum di Pesantren Sidogiri di organisir dengan baik, baik di secara internal maupun eksternal. Hal tersebut, dibuktikan dengan pelatihan-pelatihan rutin yang diselenggarakan oleh pengurus Al-Miftah baik pelatihan pelajar maupun pengajar. Daftar Pustaka Aly, Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011 Azizi, Qodzi. Pendidikan Agama Islam Membangun Etika Sosial, SemarangAneka Ilmu, 2003 Bawani, Imam, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, Surabaya Al-Ikhlas, 1993 Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Yogyakarta Gading publishing, 2015 Dahlan, Abdul Aziz Ensiklopedi Islam. Cet. ke-8. Jakarta Ictiar Baru Van Hoeve, 1996 Dalman, Keterampilan Membaca JakartaRajawali, 2014 Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta PT. Rineka Cipta, 2002 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor GhaliaIndonesia, 2010 Hakim, Taufiqul, Amtsilati Metode Praktis Mendalami Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning, Jepara Al-Falah, 2003 Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam Malang; UIN Malik Pers, 2013 Hamim, Muhammad, Fathul Qorib paling lengkap, Kediri, Santri Salaf Press. Juz 1 Implementasi Metode Al Miftah Lil Ulum Dalam Membaca Kitab Fathul Qorib Bagi Pemula Di Pondok Pesantren Sidogiri Salafi Kabupaten Pasuruan Oleh Maulana Restu & Siti Wahyuni Jurnal Intelektual Jurnal Pendidikan dan Studi KeIslaman Volume 9, Nomor 3, Desember 2019 Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2011 Husna, M. Ahsanul. “Metode Diskusi Dalam Pemebelajaran Kitab Kuning Klasik Dalam Peningkatan Keterampilan Membaca”, Universitas Wahid Hasyim, 2 2019 JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 1995 Kunndar, Penilaian Autentik, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013 Masykuri, Syaifuddin, Kajian dan Analisis Alfiyyah, Kediri Santri Salaf Press, 2016 Mochtar, Affandi, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren Bekasi; Pustaka Isfahan, 2010 Mochtar, M. Masyhuri, Dinamika Kajian Kitab Kuning di Pesantren, Pasuruan Pustaka Sidogiri, 1436 H Moeloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2012 Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta Penerbit Erlangga, 2007 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2010 Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta KencanaPrenada Media Group, 2012 Santoso, Gempur, Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta Prestasi Pustaka, 2005 Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung Sinar Baru Algensindo, 2009 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional Jakarta Bumi Askara, 2008 Syarif, “Tradisi Dan Kontektualisasi Kitab Kuning di Pesantren Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya”, Balaia Penelitian Agamaa Jakartaa 2014 Syukur, Fattah, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Semarang AKFI Media,2009 Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung Angkasa, 2008 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung Remaja Rosada Karya, 2009 ... Berdasarkan hasil obervasi, selama pembelajaran Al-Miftah siswa terlihat lebih semangat dan antusias dalam mempelajari kitab kuning. Restu & Wahyuni 2019 menyebutkan bahwa dengan adanya metode Al-Miftah, mengkaji dan membaca kitab kuning dapat menumbuhkan semangat dan timbul percaya diri pada siswa. Dengan adanya strategi-strategi yang bervariasi membuat pembelajaran menjadi semakin menarik dan menyenangkan. ...Miftahurrohmah MiftahurrohmahSiti FatimahImam Subarkahupaya meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam membaca kitab kuning di SMP Ar-Raudhah Kebumen. Metode yang digunakan dengan menggunakan deskriptif kualitatif.,Pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles and Suberman yaitu redusi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam membaca kitab kuning menunjukkan kategori sangat baik. Sedangkan kemampuan siswa dalam membaca kitab kuning dengan menggunakan metode Al-Miftah Lil Ulum menunjukkan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Proses penerapan Metode Al-Miftah Lil Ulum dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Persiapan meliputi tujuan pembelajaran, materi/bahan ajar, strategi pembelajaran, dan menyusun alat evaluasi. Tahap pelaksanaan meliputi waktu pembelajaran, pembagian kelas, dan proses pembelajaran. Pada tahap evaluasi menggunakan tes tulis dan lisan. metode Al-Miftah memiliki dampak yang positif dan efektif dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam membaca dan mengkaji kitab kuning. Didapatkan bahwa 80% siswa telah melebihi nilai KKM.... Pengabdian berupa pengajaran menggunakan metode dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib yang pernah dilakukan dengan nama Al-Miftah Lil Ulum. Metode ini inti pembelajaranya ustadz membacakan dan menjelaskan kitab Fathul Qarib, kemudian memberikan kesempatan santri untuk bertanya dan ustadz membentuk kelompok belajar Restu & Wahyuni, 2019. Selain itu metode dalam memahami fiqih praktis dalam kitab Fathul Qarib juga bisa menggunakan metode diskusi, metode ini sama halnya dengan metode Al-Miftah Lil Ulum dan metode lainya, ustadz membacakan kitab Fathul Qarib dan santri menulis makna kitab Fathul Qarib guna menjadi bahan diskusi untuk persiapan dalam menyampaikan hasil diskusinya Aliudin & Muslihah, 2019. ...Ghulam Akhyar RikzaRifani RaniasatiMuhammad Maskur MusaHendri Hermawan AdinugrahaF Fiqh has a very broad scope of study and has high urgency. Unfortunately, many of the younger generation neglect and even underestimate the basic laws of fiqh, such as procedures for purification, prayer procedures, and others. A human being will certainly feel the need for fiqh along with his awareness as a Muslim, especially for a student who is an agent of change and is seen as intellectuals. This training aims to increase students' understanding and awareness of practical fiqh through studying the book of Fathul Qarib. The learning method carried out in this activity is using the bandongan method, and asking the bandongan method is a method in teaching the yellow book in which the kyai or ustadz reads, translates and explains the yellow book, then students listen and write the translation ngapsahi. While the question and answer method is a method that is also carried out by providing opportunities to ask questions in accordance with the chapters discussed in the study of the Fathul Qarib book, the question and answer method is carried out after the method. Based on the results of the Fathul Qarib training activities at the Alif Lam Mim Islamic boarding school, it can be concluded that. students can evaluate themselves regarding their understanding of practical fiqh. The students can also add and improve knowledge and understanding of the science of fiqh. From this learning, the students can apply the science of fiqh in everyday life correctly and in accordance with existing laws.... Pesantren menekankan isi/materi pembelajarannya pada hasil karya ulama-ulma salaf terdahulu yang pada akhirnya dikenal dengan istilah kutup al-shafra' kitab kuning, kitab kuning yang dipelajari dan diajarkan kepada santri dipondok pesantren, umumnya berhaluan ahli sunnah waljamaah, baik segi akidah, fikih, maupun tasawufnya. Kitab kuning sering disebut dengan kitab gundul, karena tidak memiliki harakat atau syakl, seperti fatkhah, kasrah, dhammah dan sukun Restu & Wahyuni, 2019. Diantara peran penting dalam mempelajari dan menguasai isi dari kitab kuning secara komprehensif adalah penguasaan ilmu alat. ...Muhammad Farid NasrullohMuhammad Syafiuddin ShobirinRina Dian Rahmawati Syaifuddin SyaifuddinTujuan dari pengabdian ini antara lain untuk mengetahui penerapan metode Baca Kitab Al-Miftah dipondok pesantren sabilul huda dan untuk mengetahui pentingnya kitab Al-Miftah lilulum dipondok pesantren Sabilul Huda. Pengabdian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Sabilul Huda Jombang. Program Pengabdian ini diikuti oleh santri yang mengikuti kelas Madrasah Diniyah. Metode pelaksanaan pengabdian kegiatan di Pesantren ini meliputi metode ceramah dan praktek. Hasil dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini sebagai berikut 1 Pada umumnya semua program dapat terlaksana dengan baik, antusias santri dalam mengikuti kegiatanbimbingan baca Kitab Al-Miftah sangat baik sekali, sehingga program kerja yang kami laksanakan sudah sesuai dengan kondisi yang ada. 2 Suksesnya program pengabdian ini karena didukung dan ditunjang oleh kerja tim yang baik, baik dari tim maupun para santri di Pondok Sabilul Huda. 3 Dalam bidang pendidikan khususnya bimbingan baca kitab Al-Miftah banyak santri-santri yang sangat antusias, ini menjadi acuan bahwasanya pengabdian menjadi jembatan motivasi santri. 4 Dengan adanya pengabdian di pesantren, dapat mempererat tali silaturrahmi dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. 5 Program-program yang telah dilaksanakan sangat membantu santri dalam mempelajari ilmu Nahwu dan Shorof yang dikemas dalam Kitab Al-Miftah, serta banyak hal positif yang dapat diambil sebagai bekal dan pengalaman yang SiswatiAchmad FauziSodikin SodikinYusuf SuhartoThis study focused on 1 How to plan the Al Miftah Lil Ulum Sidogiri Method in Learning to Read the Book of Santri at Madrasah Diniyah Syaichona Cholil Samarinda, 2 How to Implement the Al Miftah Lil Ulum Sidogiri Method in Learning to Read the Book of Santri at Madrasah Diniyah Syaichona Cholil Samarinda , 3 How to evaluate the Al Miftah Lil Ulum Sidogiri Method in Learning to Read the Book of Santri at Madrasah Diniyah Syaichona Cholil Samarinda. This study used a qualitative approach using the type of case study research. The data were collected by using interview techniques, field observations, and documentation. Furthermore, the data analysis techniques included 1 data reduction, 2 data display, 3 conclusions and verification. The results of this study the Al Miftah Lil Ulum Sidogiri Method in Learning to Read the Santri Book at Madrasah Diniyah Syaichona Cholil Samarinda, was carried out to find out the students' development and improvement in reading the yellow book classic, and to find out what should be improved in the teaching and learning research provides a critical analysis of several methods for learning to read the yellow book Kitab Kuning, as well as research results published in national and international databases of journals and proceedings. Regarding the study results that generate discussions on one or two methods for reading the yellow book. Starting with this, researchers are interested in conducting critical analysis with the aid of unrecorded space and the necessity for more research using a systematic literature review. As a fresh targeted perspective taken by academics on how Islamic educational institutions Islamic boarding schools-non-Islamic boarding schools established the yellow book reading method in the 21st century. In addition, researchers need precise data on the performance of the yellow book reading approach based on 21st-century study findings. This study employs qualitative methods in conjunction with a systematic literature review approach, including collecting online article data from many national and international databases. Scopus, Sciencedirect, Emerald, Crossref, and Google Scholar are other examples. The researchers employed a variety of keywords, including "the yellow book kitab kuning reading technique/ yellow book kitab kuning method", " yellow book kitab kuning", "Islamic boarding school/pesantren", and "how to read the yellow book kitab kuning/how to read the yellow book kitab kuning" with a range of years. 2000-2022. The outcomes of this study indicate that the yellow book reading technique in the twenty-first century is undergoing rapid advances, such as the process of maximizing a mix of ancient and modern ways, such as the Al-miftah lil ulum, Ibtida'I, Tamyiz, and Amtsilati methods. With traditional procedures, such as sorogan, bandongan, mudzakarah, muhafadzah, talaqqi, halaqah and tarqib. Penelitian ini akan menyampaikan analisis kritis dari berbagai metode belajar baca kitab kuning, sebagaimana hasil riset yang sudah terpublikasikan pada data base jurnal/procedding nasional dan internasional. Tentang temuan hasil penelitian yang kecenderungan melakukan pembahasan pada satu atau dua metode baca kitab kuning. Berawal dari sinilah peneliti berminat untuk melakukan analisis kritis dengan dukungan adanya ruang kosong yang belum tertulis dan perlu adanya riset lanjutan menggunakan systematic literature review. Sebagaimana sudut pandang baru terfokus yang diambil peneliti tentang bagaimana trand metode baca kitab kuning yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan islam pesantren-non pesantren di abad 21. Selain itu, peneliti ingin mendapatkan data akurat dari keberhasilan metode baca kitab kuning berdasarkan hasil riset di abad 21. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan systematic literature review, yaitu dengan menggumpulkan data artikel publikasi secara online di beberapa databesed nasional dan internasional. Seperti; Scopus, Sciencedirect, Emerald, crossreff dan Google Scholar. Beberapa kata kunci yang dilakukan peneliti adalah “metode baca kitab kuning/ kitab kuning method”, “kitab kuning/ Kitab Kuning”, “tradisi pesantren/ pesantren tradition” dan “cara baca kitab kuning/ how to read the Kitab Kuning” dengan rentang tahun 2000-2022. Temuan riset ini adalah adanya trand metode baca kitab kuning di abad 21 mengalami perkembangan yang cukup pesat seperti proses optimalisasi dari kombinasi metode tradisional dan modern seperti metode Al-miftah lil ulum, Ibtida’I, Tamyiz dan Amtsilati. Dengan metode tradisional, seperti sorogan, bandongan, mudzakarah, muhafadzah, talaqqi, halaqah dan SintaFathor RoziSyaifur RizalUnderstanding the yellow book in pesantren tends to be very difficult and tedious. This is due to the complexity of mastering nahwu and sharraf and the methods used in pesantren are still classical methods. This prompted this research to analyze the Nubdhatul Bayan method as Basic Learning in understanding the yellow book in Islamic boarding schools. This research uses a qualitative approach with the type of case study research in Islamic boarding schools, especially in Ma'had Aly Nurul Jadid through data collection based on in-depth studies on observations, interviews and documentation, while the analysis technique used is data analysis techniques with the air flow model proposed by Miles & Huberman. The results of this study indicate that the application of the Nubdatul Bayan method as basic learning in understanding the yellow book in the tamhid ma'had aly Nurul Jadid class is very effective in facilitating prospective students in mastering the yellow book. The implications of this study make it possible to facilitate and accelerate a prospective mahasantri ma'had aly Nurul Jadid in understanding the yellow Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren BekasiAffandi MochtarMochtar, Affandi, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren Bekasi; Pustaka Isfahan, 2010Perencanaan dan Desain Sistem PembelajaranWina SanjayaSanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta Kencana Prenada Media Group, 2012Tradisi Dan Kontektualisasi Kitab Kuning di Pesantren Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya TasikmalayaSyarifSyarif, "Tradisi Dan Kontektualisasi Kitab Kuning di Pesantren Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya", Balaia Penelitian Agamaa Jakartaa 2014
Sepintas, dunia diplomasi dan dunia pesantren seolah merupakan dua dunia yang berbeda. Hampir tak terbayangkan bahwa dua dunia itu ternyata bisa bertaut dan menyatu. Namun demikianlah yang terjadi. Kesempatan langka ini terwujud berkat kegiatan diklat Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Kementerian Luar Negeri, yang mana total sejumlah 36 orang peserta diterjunkan ke lingkungan Pesantren Gontor yang namanya telah tersohor. Sebanyak 18 orang diplomat muda laki-laki ditempatkan mengajar mengenai diplomasi dan isu-isu internasional di pondok Gontor khusus laki-laki yang terletak di Ponorogo, sekaligus lokasi dari kampus pusat Universitas Darussalam UNIDA Gontor. Sedangkan kami, 18 orang diplomat muda perempuan, ditugaskan dengan mandat serupa di pondok pesantren khusus putri Gontor, Mantingan, Ngawi. Saya adalah salah satu dari Ngawi terletak 2 jam perjalanan berkendara dari kota Solo. Setibanya di sana, kesan pertama yang sangat terasa adalah panas terik mataharinya yang sangat menyengat. Namun panasnya udara saat itu perlahan berganti dengan hembusan kedamaian ketika memasuki gerbang Pondok Gontor. Saat itu hari Jumat, dan pondok ramai dengan kunjungan para orang tua yang merindukan anak-anaknya yang sedang berjuang menuntut ilmu di pondok modern itu. Beberapa gazebo hijau yang berjajar dan gelaran tikar orang-orang di depan pintu gerbang, menampilkan raut bahagia orang-orang yang berbagi rasa setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya tidak bertemu. Pertemuan santriwati dengan keluarganya. Foto Din banyak hal yang dapat dipelajari dari kegiatan tinggal dan mengajar di pondok ini. Namun beberapa hal yang paling menonjol untuk dipelajari bagi kebanyakan orang dewasa seperti saya dan rekan-rekan atau bahkan masyarakat luas, antara lain kesederhanaan, keikhlasan, kerukunan, kedisiplinan dan semangat belajar yang tinggi. Kesederhanaan mungkin bukan hal yang sulit bagi banyak orang di negara berkembang seperti Indonesia, namun bagi sebagian kalangan, kesederhanaan barangkali justru bisa juga menjadi tantangan yang sangat menarik bagi sebagian orang. Banyak orang apalagi kaum muda telah terbiasa atau dibiasakan dengan penggunaan berbagai teknologi misalnya. Namun, teman-teman santriwati di pondok gontor harus terbiasa dengan kesederhanaan dimana ada pelarangan penggunaan telepon seluler, tidak hanya itu tapi juga pembatasan jumlah pakaian, dan hal lainnya. Mungkin ada banyak pro-kontra tentang pembatasan ini, karena saat ini telepon seluler dapat menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan, namun di sisi lain, keberadaan telepon seluler dipandang juga memiliki mudharat apalagi jika digunakan oleh santriwati yang kesehariannya memiliki serangkaian kegiatan. Pembatasan pakaian antara lain ditujukan juga untuk pembiasaan santriwati mengurus diri sendiri, mengelola waktu dan tenaga untuk mencuci pakaiannya. Dengan terbiasa dengan kesederhanaan, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan kondisi seperti apapun. Kesederhanaan juga dapat meningkatkan semangat mereka untuk berjuang menjadi lebih baik. Bicara keikhlasan, tentu diperlukan para santriwati mengingat mereka tinggal dengan berbagai macam orang dengan latar belakangnya, sifat dan kebiasaan masing-masing. Ikhlas memahami orang lain, ikhlas beribadah, ikhlas melaksanakan tugas yang dibebankan, antara lain beberapa hal yang ditanamkan dalam benak para hanya para santriwati, para pengajar pun ternyata juga memiliki jiwa keikhlasan yang tinggi, ingin berbagi ilmu mengabdi sekaligus mendapatkan ridho dan barokah dari Yang Maha Kuasa tanpa perhitungan gaji tetap, berbeda dari sistem penggajian guru-guru di sekolah lain pada umumnya. Pondok pesantren merupakan salah satu ciri khas pendidikan di Indonesia, yang tidak diperoleh di negara lain. Banyaknya para santriwati dari berbagai suku dari berbagai daerah, serta perbedaan karakter mengajarkan bagaimana mereka dapat hidup bersama dengan rukun. Dalam pengaturan penempatan tinggal di asrama yang tiap ruangannya memuat sekitar 25 orang, diupayakan agar terdiri dari berbagai suku. Tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, pondok Gontor seringkali dikunjungi oleh para santri dari beberapa negara tetangga. Seperti Malaysia, Thailand. Pada hari pertama kunjungan kami berkesempatan bertemu dengan sekitar 20 orang santriwati asal Malaysia yang baru saja mulai mondok hingga awal bulan Ramadhan nanti. Bersama para santriwati dari Malaysia setelah kegiatan kuliah subuh. Foto Muhsinin dengan para mahasiswi Universitas Darussalam yang telah mengenyam pendidikan di pondok Gontor sejak lulus SD, beberapa orang menyampaikan “Pondok ini seperti rumah kedua bagi saya, lingkungan yang penuh persaudaraan membuat saya sangat betah tinggal disini”. Menjawab penasaran saya mengenai adanya orang-orang yang melarikan diri, para santriwati tidak menafikan adanya fakta tersebut, namun mereka menyampaikan adanya sebagian banyak yang ingin kembali karena rasa persaudaraan yang melekat. Kedisiplinan dan Semangat Belajar“Jika anda ingin beribadah sebanyak-banyaknya datanglah ke Mekkah. Jika anda ingin ilmu sebanyak-banyaknya datanglah ke Mesir. Jika anda ingin pendidikan sebanyak-banyaknya datanglah ke Gontor,” kalimat ini terpampang pada spanduk-spanduk di halaman pondok. Tidak salah, karena pondok modern Gontor memiliki berbagai mata pelajaran, baik terkait ilmu agama meliputi pemahaman tafsir, hadits, hingga hafalan Al Quran, maupun berbagai ilmu lainnya meliputi geografi, biologi dan berhitung. Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris juga terlihat menonjol, dan dua bahasa asing ini wajib diterapkan sehari-hari dalam kegiatan mengajar maupun dalam percakapan antar santriwati. Bisa dibayangkan kan kelancaran bahasa asing mereka? Bahasa Indonesia hanya dapat digunakan oleh para santriwati yang baru masuk sebelum mereka mendapatkan pendidikan bahasa asing di pondok. Kedisiplinan tentunya juga menjadi ciri kehidupan di pondok pesantren yang harus dibiasakan oleh para santriwati dalam menaati peraturan. Sekalinya mereka melanggar, maka harus berhadapan dengan sanksi yang diterapkan, seperti menghafalkan ayat Al Quran sambil berdiri ketika datang terlambat. Persiapan ujian, para santriwati belajar dimanapun. Foto mereka belajar sangat terasa saat saya tinggal di pondok karena sedang masa ujian. Pemandangan anak-anak santriwati sedang belajar terlihat di sekeliling pondok. Mahasiswi lainnya, Din Rusyda Arini, menyampaikan kepada kami yang ingin tahu alasannya betah mengenyam pendidikan di Gontor selama 12 tahun, “Bagi saya pribadi, karena pondok selalu memberikan dan memfasilitasi kegiatan yang mengandung banyak pembelajaran, sehingga kami selalu haus untuk mendapatkan yang lebih banyak lagi dan lagi”.Mahasiswi jenjang universitas mempelajari simulasi sidang negosiasi multilateral PBB dari para Diplomat muda. Foto percakapan dengan para diplomat muda, tidak sedikit bahkan yang menunjukkan minatnya untuk melanjutkan studinya kelak di luar negeri untuk memperdalam ilmu kedokteran, ilmu teknik, atau lainnya, ada juga yang menyatakan ketertarikannya menjadi diplomat setelah lulus dari jenjang kuliah. Semangat belajar mereka menumbuhkan harapan akan masa depan Indonesia yang berada di tangan para generasi muda milenial terkini. Semoga mereka kelak menjadi pembangun bangsa yang berwawasan luas, bijaksana dan bermartabat.
Ilmu tafsir merupakan salah satu cabang ilmu dalam Islam yang memiliki kedudukan mulia nan luhur, serta sangat penting. Dalam diskursus peradaban Islam, ilmu tafsir merupakan media terbaik untuk memahami makna dan kandungan Al-Qur’an secara utuh dan benar. Bahkan, dalam sejarahnya, ilmu tafsir memiliki perjalanan yang sangat panjang hingga para ulama menulisnya dengan teliti, kemudian disusun dengan sangat sistematis. Definisi Ilmu TafsirSebelum dijelaskan rangkaian sejarahnya, ada pentingnya bagi penulis untuk menjelaskan definisi ilmu tafsir terlebih dahulu. Dengannya, kita akan mengetahui ruang kajian ilmu tersebut dalam Islam, serta memiliki pemahaman yang lebih dalam tentangnya. Imam Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin as-Suyuthi wafat 911 H, dalam Itmamud Dirayah mendefinisikan ilmu tafsir sebagai berikut, “Ilmu tafsir adalah sebuah metodologi tentang cara memahami Al-Qur’an. Metodologi itu mencakup hal-hal penting yang ada dalam Al-Qur’an, mulai dari, 1 sebab-sebab diturunkannya; seperti ayat Makkah makiyah, ayat Madinah madaniyah, ayat perjalanan safari ayat perumahan hadari ayat yang diturunkan pada malam hari layali, begitu juga ayat yang diturunkan pada siang hari nahari; 2 sanadnya, seperti mutawatir, ahad sampai riwayat yang syad; 3 lafalnya, seperti huruf mad, idgham, idhar dan lainnya; 4 makna ayatnya, seperti ayat yang menunjukkan majaz, hakikat, muradif, musytarak dan lainnya; dan 5 hukumnya, seperti hukum-hukum yang umum dan husus, nasakh-mansukh dan lainnya.” as-Suyuthi, Itmamud Dirayah li Qurra-in Nuqayah, [Bairut, Darul Kutubil Ilmiah, cetakan pertama 1985, tahqiq Ibrahim al-Ajusi], halaman 20. Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa wilayah kajian ilmu tafsir adalah mencakup semua pembahasan Al-Qur’an secara tematik dan sistematis. Tidak ada satu ayat pun yang ada dalam Al-Qur’an tidak dibahas dalam ilmu tafsir, semuanya dibahas secara terperinci dan detail. Sejarah Pembukuan Ilmu TafsirPada abad pertama Islam masa Nabi Muhammad dan para sahabat, belum ditemukan pembahasan dan pembukuan ilmu tafsir dengan semua ketentuannya. Ketika Nabi Muhammad masih hidup, para sahabat memiliki referensi yang sangat otoritas, yaitu Rasulullah. Semua permasalahan tentang Al-Qur’an langsung diputuskan olehnya berdasarkan wahyu ilahi yang diturunkan kepadanya. Darinya, penjelasan Rasulullah kepada para sahabat perihal Al-Qur’an tidak membutuhkan ilmu tafsir, karena sudah dicukupkan dengan wahyu yang turun kepadanya. Begitu juga pada masa sahabat. Belum ditemukan ilmu-ilmu yang membahas secara khusus tentang Al-Qur’an. Pemahaman dan cara baca mereka masih kuat dan utuh dengan mengacu pada penjelasan Rasulullah secara langsung saat bersamanya. Tidak hanya itu, di samping mereka juga melihat historis sebab-sebab ayat yang diturunkan asbabun nuzul kepada Rasulullah saat itu, mereka juga memiliki acuan secara khusus, yaitu Rasulullah, perihal cara yang benar dalam mengartikan ayat. Oleh karenanya, ilmu tafsir pada masa sahabat belum dibahas karena saat itu memang tidak dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu, pasca-generasi sahabat, penyebaran Islam yang semakin luas, dan banyaknya pemeluk Islam yang semakin beragam; dari berbagai bangsa dengan tipikal sosial dan geografis yang plural, terjadilah asimilasi bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lainnya. Akibatnya, banyak umat Islam yang memahami Al-Qur’an dengan serampangan tanpa metode dan tanpa ilmu. Mereka hanya bermodalkan rasionalitas yang cenderung memiliki kesalahan. Dari sinilah, metodologi memahami dan cara membaca Al-Qur’an mulai dibutuhkan. Tepat pada abad kedelapan, Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Umar bin Ruslan al-Bulqini lahir 762 – wafat 824 H menulis dan membukukan ilmu tafsir, yang kemudian dikenal dengan kitab Mawaqi’ul Ulum min Mawaqi’in Nujum. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al-Maliki. Ia mengatakan وَهُوَ عِلْمٌ نَفِيْسٌ لَمْ أَقِفْ عَلَى تَأْلِيْفٍ فِيْهِ لِاَحَدٍ مِنَ الْمُتَقَدِّمِيْنَ، حَتَّى جَاءَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ جَلَالُ الدِّيْن البُلْقِيْنِي، فَدَوَّنَهُ وَنَقَّحَهُ وَهَذَّبَهُ وَرَتَّبَهُ فِي كِتَابٍ سَمَّاهُ مَوَاقِعُ الْعُلُوْمِ مِنْ مَوَاقِعِ النُّجُوْمِ Artinya, “Ia ilmu tafsir merupakan ilmu berharga, tidak aku ketahui suatu kodifikasi tentangnya ilmu tafsir, bagi salah satu ulama mulai dari zaman dahulu, sehingga Syaikhul Islam Jalaluddin al-Bulqini datang, kemudian mengodifikasikannya, memperluas pembahasannya, membenarkan dan menyususnnya, dalam suatu kitab yang menamainya dengan kitab Mawaqi’ul Ulum min Mawaqi’in Nujum.” Sayyid Alawi al-Maliki, Faidhul Khabir wa Khalashatut Taqrir ala Nahjit Taisir, [al-Haramain], halaman 9. Ungkapan senada juga disampaikan oleh Imam as-Suyuthi. Menurutnya, adanya ilmu tafsir memang sangat dibutuhkan oleh semua umat Islam, bahkan ia menegaskan bahwa di antara bentuk tidak adanya empati para ulama kepada umat Islam secara umum adalah membiarkan Al-Qur’an dipahami dengan serampangan, hal itu karena tidak adanya kodifikasi kitab secara khusus yang memberikan pedoman untuk membaca dan memahami Al-Qur’ Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, As-Suyuthi mengatakan وَإِنَّ مِمَّا أَهْمَلَ المُتَقَدِّمُوْنَ تَدْوِيْنَهُ، حَتَّى تَحَلَّى فِي آَخِرِ الزَّمَانِ بَأَحْسَنَ زِيْنَةٍ، عِلْمِ التَّفْسِيْرِ الَّذِي هُوَ كَمُصْطَلَحِ الْحَدِيْثِ، فَلَمْ يُدَوِّنْهُ أَحَدٌ لَا فِي الْقَدِيْمِ وَلَا فِي الْحَدِيْثِ حَتَّى جَاءَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ البُلْقِيْنِي Artinya, “Dan sungguh, termasuk dari bagian ilmu yang dilalaikan oleh ulama klasik untuk mengodifikasikannya, sampai nampak jelas di akhir zaman, dengan bentuk yang paling baik, yaitu ilmu tafsir, ia bagaikan ilmu musthalah hadits, maka tidak ada seorang ulama pun yang mengodifikasikannya, baik ulama klasik maupun kontemporer, sampai datang Syaikhul Islam al-Bulqini.” Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, [Haiatul Mishriah lil Kitab, cetakan pertama 1974, tahqiq Muhammad Abul Fadl Ibrahim], juz 1, halaman 21. Dari penjelasan di atas sangat jelas, bahwa Imam al-Bulqini selain sebagai salah satu fuqaha yang sangat disegani pada masanya. Ia juga menjadi salah satu pembaharu mujaddid Islam pada abad kedelapan. Jejak yang ia tinggalkan di antaranya, adalah kitab-kitab fiqih yang yang pernah ia tulis. Selain itu, ia juga meninggalkan jejak yang sangat berharga, yaitu ilmu tafsir. Dengan adanya sumbangsih yang sangat berharga ini, potensi-potensi kesalahpahaman perihal Al-Qur’an lebih berkurang. Perkembangan Ilmu TafsirLahirnya Imam Al-Bulqini tentu memberikan kebanggan tersendiri bagi umat Islam, sebagai bukti bahwa ilmu-ilmu Allah akan semakin luas jika ditela’ah lebih mendalam. Di saat yang sama, umat Islam tidak memiliki pedoman secara khusus dalam mengartikan Al-Qur’an dengan benar, al-Bulqini lahir sebagai sosok yang memberikan jalan terang untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan membaca Al-Qur’an. Setelah Imam al-Bulqini sukses dalam menuliskan kitab secara khusus yang menjelaskan ilmu tafsir, ia mendapatkan sambutan hangat dan tepuk tangan yang sangat meriah dari para ulama saat itu dan setelahnya, bahkan sampai saat ini. Ilmu tafsir yang ditulis olehnya, memiliki perkambangan yang sangat pesat. Hal itu sebagaimana penuturan Sayyid Alawi al-Maliki وَهَكَذَا كُلُّ مُسْتَنْبِطٍ، يَكُوْنُ قَلِيْلًا ثُمَّ يَكْثُرُ وَصَغِيْرًا ثُمَّ يَكْبَرُ Artinya, “Demikian perkembangan semua kodifikasi ilmu tafsir pada mulanya berupa kitab yang kecil dan ringkas, kemudian berkembang menjadi banyak dan padat.” Sayyid Alawi al-Maliki, Faidhul Khabir wa Khalashatut Taqrir ala Nahjit Taisir, halaman 10. Tidak hanya itu, al-Bulqini juga menjadi teladan bagi para ulama saat itu, bahkan setelahnya, untuk mengodifikasikan kitab-kitab yang menjelaskan ilmu tafsir lainnya, di antaranya adalah murid beliau, Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Beliau menulis dua kitab ilmu tafsir yang sangat populer, yaitu 1 at-Tahbir fi Ilmit Tafsir; dan 2 al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Dua kitab yang menjelaskan ilmu tafsir secara luas ini, tidak lepas dari sumbangsih Imam al-Bulqini. Tidak sedikit as-Suyuthi mengikutip perihal cara-cara gurunya dalam menulis ilmu tafsir. Syekh Muhammad Ali asy-Syaukani al-Yamani wafat 1250 H, menulis ilmu tafsir dengan nama kitab Fathul Qadir al-Jami’ baina Fannai Riwayah wad Dirayah min Ilmit Tafsir. Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, juga menulis kitab ilmu tafsir dengan nama Faidhul Khabir wa Khalashatut Taqrir ala Nahjit Taisir, dan beberapa ulama lainnya. Alhasil, dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, 1 pada tahap pertama, tepatnya pada masa Rasulullah, belum ditemukan pengodifikasian ilmu tafsir, karena saat itu, para sahabat memiliki referensi yang sangat otoroitas, yaitu Rasulullah, sehingga mereka tidak membutuhkan ilmu tafsir untuk memahami Al-Qur’an; 2 pada tahap kedua, tepatnya pada masa sahabat, juga belum ditemukan pengodifikasian ilmu tafsir, karena saat itu mereka memprioritaskan Al-Qur’an dan hadits Rasulullah, serta mengacu pada nash Al-Qur’an dan hadits yang mereka pahami. Tahap pertama dan kedua terus berlanjut sampai pada abad ke-7 dan ke-8, tepatnya pada masa Imam al-Bulqini; 3 pada tahap ketiga ini, Imam al-Bulqini menjadi pionir dalam melakukan kodifikasi ilmu tafsir; dan 4 pada tahap keempat ini, serta sejalan dengan perkembangan zaman, kodifikasi ilmu tafsir sudah mulai mencapai kesempurnaan, hal itu ditandai dengan munculnya murid Imam al-Bulqini, yaitu Imam as-Suyuthi, yang juga berhasil menulis dua kitab khusus perihal ilmu tafsir. Dengan demikian, umat Islam memiliki acuan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Sunnatullah
pondok pesantren khusus ilmu hikmah